Jumat, 15 Februari 2019

MAKALAH - BK BELAJAR

MAKALAH
"BK BELAJAR"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya bimbingan belajar adalah inti dari kegiatan disekolah. Bimbingan belajar merupakan salah satu usaha yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal. Pelaksanaan bimbingan dilatar belakangi oleh beberapa aspek. Diantaranya aspek psikologis, kultural atau sosial budaya, dan pedagogis. Latar belakang psikologis dalam proses pendidikan, siswa sebagai subjek didik merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Selanjutnya Ahmadi dan Pupriyono ( 1991 ) memaparkan bahwa kemampuan belajar pada setiap individu siswa tidak sama; ada yang cepat dan ada yang lambat menangkap isi pelajaran. Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar berhasil dalam belajar yaitu dengan memberikan bimbingan belajar.

Latar belakang kultural atau sosial budaya, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang diberikan di sekolah dengan tujuan agar siswa berhasil dalam bidang pendidikan dan pada akhirnya siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Meskipun demikian, masih saja ada siswa yang belum berhasil. Karena alasan inilah, peran guru sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang belum berhasil.

Latar belakang pedagogis, bimbingan belajar mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal dan berhasil dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama ialah mendidik, yaitu membantu subjek didik untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Sebelum memberikan bimbingan belajar kepada siswa, guru diharuskan mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik, sistem motivasi atau kebutuhan, pribadi, kecakapan dan kesehatan mental yang dimiliki oleh siswa sebelum berhasil dalam belajar.


B. Rumusan Masalah
  1. Penjelasan mengenai Dasar Pemikiran Bimbingan dan Konseling belajar disekolah
  2. Apa Dasar Hukum Bimbingan dan Konseling belajar
  3. Apa Tujuan bimbingan Belajar
  4. Apa saja Metode Pengembangan
  5. Sasaran Bimbingan dan Konseling


C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah Bimbingan dan Konseling Belajar ini adalah untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang konsep bimbingan belajar siswa disekolah. Khususnya mengenai dasar pemikiran dan hokum tujuan bimbingan belajar, ruang lingkup, metode pengembangan serta sasaran bimbingan belajar.


BAB II

PEMBAHASAAN

A . Bimbingan dan Konseling Belajar Bagi Siswa di Sekolah
1 . Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Kebutuhan manusia dimulai dari kebutuhan dasar biologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi(Daradjat, 1990). Setiap anak akan berupaya memenuhi kebutuhan nya, mereka tidak akan beranjak ke yang lain sebelum kebutuhan yang dituju terpenuhi. Hal ini tentunya berlaku pula bagi kehidupan anak anak disekolah, agar mereka dapat memnuhi kebutuhannya perlu mendapatkan arahan dan bimbingan yang baik sesuai kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Begitu pula tentang kemandiriannya dalam belajar, mereka perlu mendapatkan bimbingan dan arahan yang baik. Karena kalau tidak, mereka cenderung tidak pernah bertanggung jawab terhadap kualitas dirinya di masa depan.

Bimbingan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privasi-nya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.

Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.

Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas(free sex).

Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa  tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar(standard based guidance and counseling).

Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual)

2. Dasar Hukum
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari upaya pendidikan perperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik bagi pengembangan potensi mereka seoptimal mungkin. Saat sekarang kehadiran bk pada lembaga pendidikan tidak diragukan lagi karena secara yuridis formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan bk di sekolah.

Berikut ini dikemukakan berbagai peraturan perundangan yang mendasari dan terkait lagsung dengan layanan Bimbingan dan Konseling, yang menjadi dasar hukum penyusunan layanan bimbingan belajar disekolah yaitu sebagai berikut :

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian mengenai pendidik diterangkan di Ayat 6 yaitu dimana pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya tentang hak peserta didik disebutkan dalam Bab 5 pasal 12 Ayat 1b dimana setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa pelayanan konseling meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

3 . Tujuan Bimbingan Belajar
Terdapat beberapa tujuan bimbingan belajar. Tohirin (2007) menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut: Secara umum tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Selain tujuan umum tersebut, secara khusus dapat diketahui bahwa bimbingan belajar bertujuan agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar. Jadi tujuan bimbingan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar mampu mengatasi dan memecahkan permasalahan belajarnya agar tidak mengganggu perkembangannya. Mendukung pernyataan di atas Saring Marsudi (2003) menerangkan bahwa “kegiatan layanan bimbingan belajar bertujuan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar secara optimal”. Melalui layanan bimbingan belajar maka siswa dapat secara terbuka memahami dan menerima kelebihan dan kekurangannya, memahami kesulitan belajarnya, memahami faktor penyebab dan memahami pula bagaimana mengatasi kesulitannya. Djumhur dan Mohammad Surya (1978) menjelaskan bahwa “tujuan dari bimbingan belajar ialah membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar”. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap siswa dapat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. 

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005) tujuan dari bimbingan belajar adalah: 
  • Agar siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. 
  • Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
  • Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
  • Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
  • Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. 

Pendapat di atas mengandung pengertian bahwa tujuan dari layanan  bimbingan belajar adalah agar siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik. Motivasi yang tinggi untuk terus belajar, memiliki tekhik belajar yang efektif serta dapat menetapkan tujuan pendidikannya agar siswa siap dan mampu menghadapi ujian. 
         Menurut Oemar Hamalik (1990) layanan bimbingan belajar merupakan suatu proses yang bertujuan sebagai berikut:
  • Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya.
  • Agar siswa menjalani kehidupan sekarang secara efektif dan menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.
  • Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial. 

Sedangkan menurut Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Berikut ini tujuan bimbingan belajar dapat dirumuskan sebagai berikut:
  • Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau sekelompok anak.
  • Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.
  • Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagaimana memanfaatkan perpustakaan.
  • Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
  • Memilih suatu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan bakat, minat, kecerdasaan,  cita-cita dan kondisi, fisik atau kesehatan.
  • Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
  • Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
  • Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajara disekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya dimasa depan.

Jadi, nantinya layanan bimbingan belajar akan mencetak siswa yang dapat bertanggung jawab terhadap kemampuannya sendiri untuk menjalani kehidupannya dengan mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut Skinner (Oemar Hamalik, 1990) bimbingan belajar bertujuan untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan menentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya. Jadi, tujuan layanan bimbingan belajar adalah membantu siswa menetapkan masa depannya sendiri sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang datang.

Berdasarkan dari tujuan-tujuan bimbingan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari layanan bimbingan belajar adalah membantu siswa mencapai keberhasilan belajar dan mengembangkan semua potensi siswa secara optimal dengan cara memberikan motivasi untuk belajar sepanjang hayat melalui kebiasaan kegiatan belajar yang positif dan efektif sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada untuk mencapai tujuan dari perencanaan pendidikan dengan kesiapan mental agar siswa mampu mandiri dalam belajar.

Melalui program bimbingan belajar, diharapkan siswa ;
  • Pencapaian kemandirian belajar siswa disekolah akan lebih baik.
  • Kemampuan belajar yang dimiliki siswa dapat optimal.
  • Dengan adanya program layanan dasar bimbingan dan layanan aktual bimbingan belajar, siswa mampu meningkatkan kemandirian belajar disekolah .
  • Dengan adanya program layanan bimbingan belajar ini dapat dipergunakan oleh sekolah.
  • Dengan adanya layanan bimbingan belajar diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para siswa tentang pentingnya mandiri dalam belajar.

Bidang layanan bimbingan dan konseling yang membantu siswa dalam mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya untuk mengikuti pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

4 . Ruang Lingkup
Bimbingan dan Konseling belajar memiliki 4 ruang lingkup yang  didalamnya perlu memiliki pembahasan yang mendalam. ke 4 ruang lingkup itu adalah:

1.  Perkembangan pribadi dan penyesuaian diri dalam belajar
  • berkaitan dengan pemahaman tentang kemampuan diri
  • aktualisasi terhadap kemampuan dan potensi minat diri sendiri.
  • menghilangkan sikap yang kurang baik dalam belajar.
  • mengarahkan diri secara efektif dan efisien dalam belajar.

2.  Kemampuan dalam pendidikan dan penjurusan 
  • memilih studi lanjut sesuai dengan kemampuan
  • memilih studi lanjut sesuai dengan minat
  • memilih studi lanjut sesuai dengan kondisi

3.  perkembangan dalam belajar
  • informasi menganai kesuksesan belajar
  • informasi mengenai belajar efisien
  • informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam belajar
  • informasi mengenai hambatan-hambatan dalam belajar

4. penelitian yang berkaitan dengan belajar siswamelakukan penelitian terhadap siswa di sekolah yang berkaitan dengan banyak variabel ( prestasi, motivasi, minat, masalah dan cara penyelesaianya)

Adapun materi yang dikemukakan dalam bimbingan belajar mencakup aspek- aspek sebagai berikut :
  • Konsep bimbingan belajar.
  • Konsep dasar kemanadirian siswa belajar disekolah.
  • Layanan bimbingan dalam meningkatkan kemandirian  belajar.
  • Kemandirian belajar siswa.
  • Program bimbingan belajar bagi siswa.
  • Uji coba program bimbingan belajar yang dilakasanakan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa disekolah. 

5 . Metode Pengembangan
Bimbingan belajar siswa dapat dilaksanakan secara struktural, kelompok, maupun klasik. Metode yang dipergunakan dalam bimbingan belajar ini yaitu, pemberian layanan informasi secara klasik, layanan bimbingan kelompok, dan pemutaran musik.

Adapun metode tersebut :
- Metode struktu struktural adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada kemampuan memahami tata atau struktur kebahasaan daripada kompetensi
penggunakaannya. Kelebihan pendekatan struktural, yaitu siswa mengetahui tata danstruktur kebahasaanra.

- Metode klasik adalah Model Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang kita lihat sehari – hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta didik, biasanya antara 30 sampai dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah ruangan. Para peserta didik memiliki kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, dan minat belajar sukar untuk untuk diperhatiakan oleh guru.

Pembelajaran dengan model klasikal tampaknya tidak dapat melayani kebutuhan melayani kebutuhan belajar peserta didik secara individu. Beberapa peserta didik mengeluh karena gurunya mengajar sangat cepat. Sementara yang lain mengeluh karena gurunya mengajar bertele – tele, dan banyak keluhan – keluhan lainnya. Untuk itu perlu dicari cara lain agar seluruh peserta didik dapat dilakukan sebaik – baiknya.

Metode layanan bimbingan kelompok adalah Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan konseling. Pengertian dan tujuan dari bimbingan kelompok telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dimana dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang diberikan dalam suasana kelompok dimana didalamnya terdapat pemimpin kelompok (Guru Pembimbing/ Konselor) dan anggota kelompok yang bertujuan untuk membahas masalah-masalah umum yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan berguna untuk mengembangkan pengetahuan siswa.

Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan  dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, penulis melakukan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi kelompok. Kesimpulan dari defenisi tentang diskusi kelompok yang telah dikemukakan yaitu suatu kegiatan dimana setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk menyumbangkan pikirannya atau ide-ide dan pendapat yang dimilikinya dalam memecahkan masalah.

Dari pengertian bimbingan kelompok dan diskusi kelompok yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suasana kelompok dimana didalamnya terdapat guru pembimbing/konselor sebagai pemimpin kelompok dan anggota kelompok yang memiliki kesempatan yang sama untuk menyumbangkan pikirannya atau ide-ide dan pendapat yang dimilikinya dalam memecahkan masalah bersifat umum yang menjadi topic pembahasan.

6 . Sasaran
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal umumnya, jenis kelaminnya, status social ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatannya, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya.

Masing-masing individu adalah unik. Secara lebih khusus lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya.Sebagai telah disingggung terdahulu, sikap dan tingkah laku individu amat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi diri sendiri, serta kondisi lingkungannya.

Variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:
  • Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama , dan status social ekonomi.
  • Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh karena itu pelayanan bimingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu
  • Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
  • Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh Karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
  • Meskipun individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.

Yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dijabarkan dari tugas-tugas perkembangan peserta didik pada jenjang persekolahan tertentu dengan memperhatikan bidang-bidang bimbingan untuk jenjang persekolahan tersebut :

  • Pemantapan sikap, kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif dan efisien serta  produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi dan kaya. 
  • Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
  • Pemantapan penguasaan materi program belajar keilmuan, tehnologi dan atau seni di Sekolah Menengah Atas dan sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. 
  • Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah, dan atau alam sekitar, serta masyarakat untuk pengembangan diri.

Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi. Sasaran dari program layanan bimbingan belajar ini adalah para guru bimbingan dan konseling disekolah, baik ditingkat SMTP, SMTA, MA, SMK.

B. Konsep Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar pada hakikatnya diperuntukan bagi semua individu. Dan bertujuan membantu individu agar dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Pendekatan bimbingan belajar adalah salah satu pendekatan dasar bimbingan dan konseling seperti yang dikemukakan oleh Shertzer dan Stone. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada indvidu agar dapat belajar memahami diri dan lingkungannya. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek belajar, yaitu membantu individu agar dapat mempunyai motiviasi yang tinggi untuk belajar, memiliki kebiasaan belajar yang positif antara lain : mempunyai kebiasaan membaca buku, mempunyai perhatian kepada semua pelajaran aktif mengikuti pelajaran dan disiplin dalam belajar. Disamping itu tujuan lain Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan belajar, agar anak memiliki keterampilan merencanakan pendidikan seperti menyusun jadwal belajar, mengejarkan tugas yang diberikan guru, menguasai pelajaran tertentu, dan berwawasan yang luas.

Usaha-usaha yang dapat membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan dalam proses belajar, yaitu membantu anak dalam proses penyempurnaaan penalarannya. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh Sunartodan Hartono (2002: 114) bahwa “para siswa mungkin mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep yang abstrak” pernyataan tersebut dalam diartikan bahwa anak dalam proses belajar perlu mendapatkan arahan dan bimbingan supaya ia mampu mengembangkan cara berfikirnya.

1. Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah program bimbingan yang mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
  • Bimbingan belajar dibutuhkan oleh semua anak di sekolah. Dalam suatu. Program belajar, aktivitas bimbingan diasumsikan  dibutuhkan oleh seluruh anak atau siswa. Perlu memperoleh pemahamana diri, memperoleh tanggung jawab dalam dirinya, memiliki kematangan diri dan kematangan belajar.
  • Bimbingan belajar mempunyai fokus pada kegiatan belajar siswa. Layanan bimbingan belajar diarahkan untuk membantu kegiatan siswa sehubungnnya dengan hal tersebut, konselor dapat dipandang sebagai seorang profesional dalam membantu belajar siswa mempelajari dan memahami masalah-masalah belajar. Konselor bertugas sebagai perancang dan pengembang kurikulum yang terfokus pada pembelajaran siswa. Secara operasional konselor adalah anggota tim yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan petugas sekolah. Tugas mereka adalah membantu siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar, siswa lambat belajar, agar mereka memililki kemandirian dalam belajar.
  • Di dalam program bimbingan belajar, konselor, guru, kepala sekolah merupakan Tim yang bekerja sama. Konselor, guru, dan kepala sekolah berkerjasama dalam membantu menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi siswa.
  • Kurikulum yang terorganisasi dan terencana merupakan bagian yang utama dari bimbingan belajar. Layanan dasar bimbingan belajar berisi tujuan dan sasaran untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, program untuk siswa mencakup aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan kemandirian belajar, motivasi belajar, keterampilan dalam berkomunikasi, dan bertanggung jawab atas nilai belajar

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah progress bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan membantu memecahkan masalah belajar yang dialami siswa, sehingga siswa dapat berkembang secara maksimal.
Tujuan pelayanan Bimbingan belajar disekolah :
1. Mencarikan cara belajar efektif dan efesien bagi siswa
2. Menunjukan tentang cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran
3. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu
4. Memberikan informasi, saran, petunjuk tentang memanfaatkan perpustakaan
5. Membantu memilihkan suatu bidang studi sesuai minat dan bakat siswa
6. Membantu dalam pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajar siswa

Dengan adanya bimbingan belajar diharapkan siswa dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar secara optimal. Tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan hal-hal yang dikemukakan dapat diartikan bahwa bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa yang mengalami masalah di dalam memasuki progress belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.

Untuk memberikan bantuan secara optimal mungkin dalam kegiatan belajar guru bimbingan dan konseling sekolah haruslah dapat memahami siswa dan membantunya agar membutuhkan sosialnya terpenuhi serta tercapai keseimbangan psikis dan fisiknya.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yang membutuhkannya, bantuan yang diberikan tidak ada unsur paksaan serta diberikan secara berencana dan sistematis. Bimbingan diberikan kepada individu dengan maksud agar ia dapat memahami dirinya, kemudian mengarahkan dirinya sehingga tercapai kebahagian hidup pribadi.

Dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.


DAFTAR PUSAKA

Tohirin.2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Zakiah, Daradjat. (1990). Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja. Jakarta: Gunung Agung

Azzet, Akhmad Muhaimin.2011, Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Wilis, Sofyan S.2007. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta

http://1ptk.blogspot.co.id/2012/08/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html







Semoga Bermanfaat 💙💚💛💜💓

FILSAFAT ILMU - IMPLIKASI DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN KEILMUAN DAN KEPENDIDIKAN


FILSAFAT ILMU
"IMPLIKASI DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN KEILMUAN DAN KEPENDIDIKAN"

1. Implikasi   Filsafat Ilmu Dalam Pendidikan
A. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implikasi adalah keterlibatan  Dengan demikian Implikasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah keterlibatan filsafat imu dalam mengembngkan pendidikan
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
a. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
b. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
c. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
d. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

Konsep Filsafat Umum Idiologis
1) Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif).
2) Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
3) Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan
4) Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
  • Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
  • Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
  • Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.

Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).
Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Plotinus, George Berkeley, Leinbiz, Fichte, dan Schelling serta Kant. Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al Ghozali.
  •  Konsep dasar Aliran Idealisme

Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul”

2. Implementasi Filsafat Ilmu  Dalam Pendidikan
A.  Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implementasi adalah penerapan. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.      Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Jadi implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah penerapan filsafat ilmu dalam upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.

B.  Implementasi Terhadap Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.

Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.

Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.

C.  Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

D.  Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

E.  Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).

F.  Peran Guru dan Siswa
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982)
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
a) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
b) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
c) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
d) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
e)  Guru menjadi teman dari para muridnya;
f) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
g) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
h) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;
i) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
j) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
k) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
l) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
m) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;
n) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.


Semoga bermanfaat...💚💛💚


MAKALAH - BK BELAJAR

MAKALAH "BK BELAJAR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya bimbingan belajar adalah inti dar...