Jumat, 08 Februari 2019

MAKALAH - PERENCANAAN TES HASIL BELAJAR

Guyss... Kali ini gw bakal share materi tentang Perencanaan Tes Hasil Belajar. Jadi buat kalian yang sudah atau ingin menjadi guru hal ini penting loh!!!
Perencanaan Tes Hasil Belajar bisa kalian gunakan saat kalian misal ingin mengadakan ulangan harian dsb. dan tentu harus direncanakan yahhh... 😊😊



PERENCANAAN TES HASIL BELAJAR”
Evaluasi Pembelajaran......

By: Adi Supriyadi




KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
          Penulis menyadari baik isi maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat dipergunakan demi kemajuan ilmu pengetahuan kita bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. 

Jakarta, 01 Februari 2019

 Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Perencanaan Tes
B.Ketentuan Pokok dalam perencanaan Tes
C.Pengambilan Sampel Dan Pemilihan Butir Soal
D.Tipe Tes Yang Digunakan
E.Aspek Kemampuan Yang Diuji
F.Format Butir Soal
G.Jumlah Butir Soal
H.Distribusi Tingkat Kesukaran
I.Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes
J.Kisi – Kisi Tes
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
         Merencanakan tes merupakan salah satu langkah yang tidak boleh ditinggalkan dalam perencanaan dan desain pembelajaran. Melalui evaluasi yang tepat bukan saja kita dapat menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, akan tetapi juga sekaligus dapat melihat efektivitas program desain yang kita rencanakan. Halmanik (2003) menjelaskan pentingnya perencanaan tes sebagai berikut : 
  • pertama, perencanaan tes membantu kita untuk menentukan apakah tujuan tujuan telah dirumuskan dalam artian tingkah laku. Hal ini akan memudahkan perencanaan suatu tes untukk mengukur prestasi belajar siswa. Selanjutnya ia akan menyatakan bahwa penulisan suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa tujuan-tujuan dan jika perlu mengadakan revisi sebelum merancang pengajaran.
  • Kedua, berdasarkan perencanaan tes yang telah ada itu , selanjutnya kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Dengan informasi itu dapat diketahui bahwa siswa telah memahami tujuan , apakah mereka telah mencapainya, dan sebagainya.
  • Ketiga, perencanaan tes memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes . Untuk menyusun suatu tes yang baik , diperlukan persiapan yang matang yang mungkin akan menyita waktu yang cukup banyak.

           Atas dasar ketiga hal tersebut kemampuan untuk mengembangkan perencanaan tes merupakan suatu keharusan bagi seorang guru atau pengajar.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Perencanaan Tes?
  2. Apa saja Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Tes?
  3. Apa saja Pengambilan Sampel dan Pemilihan Butir Soal?
  4. Apa saja Tipe Tes yang Digunakan?
  5. Apa saja Aspek Kemampuan yang Diuji?
  6. Apa saja Format Butir Soal?
  7. Apa saja Jumlah Butir Soal?
  8. Apa saja Distribusi Tingkat Kesukaran?
  9. Apa saja Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes?
  10. Apa saja Kisi – Kisi Tes?

C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui perencanaan tes
  2. Untuk mengetahui Ketentuan pokok dalam perencanaan tes?
  3. Untuk mengetahui Pengambilan Sampel dan Pemilihan Butir Soal
  4. Untuk mengetahui Tipe Tes yang Digunakan
  5. Untuk mengetahui Aspek Kemampuan Yang Diuji
  6. Untuk mengetahui Format Butir Soal
  7. Untuk mengetahui Jumlah Butir Soal
  8. Untuk mengetahui Distribusi Tingkat Kesukaran
  9. Untuk mengetahui Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes
  10. Untuk mengetahui Kisi – Kisi Tes


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Tes
          Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainya.
             Sedangkan Sumadi Surybrata, mengartikan Tes adalah : “pernyataan-pernyataan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidiki mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainya” (Sumadi Surybrata, 1984:22).
           Tes adalah alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan. Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

B. Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Test
             Guru harus memahami tentang pendidikan anak yang akan dites, kondisi di mana tes akan dilaksanakan dan sebagainya. Pendek kata, hampir seluruh kepribadian guru terlibat di dalamnya, bukan hanya diperlukan keterampilan saja. Itu sebabnya banyak ahli yang mengatakan, bahwa mengkonstruksi tes lebih bersifat sebagai “Seni atau Art” daripada sebagai ilmu pengetahuan atau science.
             Karena itu, jika guru ingin berhasil mengkonstruksi tes, maka dia harus membuat perencanaan tes dengan teliti. Dalam hubungan ini ada empat ketentuan pokok yang perlu diikuti, yakni:
  1. Evaluasi dilakukan terhadap semua hasil pengajaran yang penting

       Hasil pengajaran tergambarkan dalam tujuan instruksional yang hendak dicapai. Itu sebabnya, tujuan instruksional itu harus dirumuskan secara jelas, spesifik, dapat diamati dan dapat diukur. Tujuan instruksional dijabarkan berdasarkan tujuan sekolah (tujuan instruksional). Tujuan instruksional umum yang telah digariskan dalam Garis-garis Progam Pengajaran (GBPP) pada hakekatnya adalah tujuan pelajaran atau bidang studi. Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan menjadi tujuan instruksional khusus (TIK). Berdasarkan TIK inilah kita dapat menggariskan dan menunjukkan jeni-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses instruksional tertentu. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan itu atau perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, baru dapat ketahui setelah dilakukan serangkaian tes.Jadi perumusan tujuan yang spesifik bukan saja penting bagi pembinaan kurikulum yang menentukan prosedur dan alat instruksional, melainkan juga penting dalam rangka evaluasi hasil pengajaran.

     2. Tes harus merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat tekanan tertentu dalam pelajaran.
     Tekanan dalam pelajaran dapat dilihat dalam proporsi yang direncanakan dalam perencanaan tes. Jika bahan terlalu luas sedangkan waktu yang tersedia singkat, maka perlu mengadakan sampel terhadap isi bahan. Selain dari itu perlu ada keseimbangan antara banyaknya pertanyaan dilihat dari segi isi pelajaran yang akan dites dan tujuan pembelajaran yang dicapai. Untuk itulah maka sebaiknya guru atau pembuat tes terlebih dahulu melakukan analisa tugas (Job analysis).

     3. Hakekat tes harus merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh tes itu.
       Sebenarnya tujuan kita dalam hal ini adalah untuk menentukan kedudukan tingkah laku siswa sekarang dalam hubungan standar khusus, bukan dalam hubungan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Tetapi, jika tujuan kita ialah untuk membandingkan prilaku (performance) siswa dengan lainnya dalam kelompok yang sama, dengan menggunakan ukuran relative, maka kita harus menyediakan item-item yang akan mendistribusikan skor dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah.
         Tes itu akan valid jika secara nyata mengukur apa yang direncanakan untuk diukur. penggunaan ukuran relative adalah salah satu cara yang terbaik untuk memperbaiki releabilitas tes, karena itu item-item hendaknya menimbulkan rentang skor yang luas.
d.Hakekat tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di mana tes akan diadministrasikan. 
  • Pertama, kita harus memutuskan beberapa kali tes akan dilakukan. Kalau kita berpijak pada system instruksional, maka jelas bahwa penilaian terhadap perilaku siswa harus dilakukan sepanjang proses instruksional sampai dengan akhir pelajaran.         
  • Kedua, kita harus memutuskan berapa banyak item yang akan diperlukan sesuai dengan waktu yang tersedia, banyaknya tujuan yang harus dicapai, dan banyaknya bahan pelajaran.
  • Ketiga, kita harus memutuskan bentuk format tes yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan tes essay atau tes objektif,apakah kita menggunakan bentuk item B-S, pilihan berganda, menjodohkan dan sebagainya.

C. Pengambilan Sampel Dan Pemilihan Butir Soal
          Secara akademik Tes hasil belajar harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai hal yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan menggunakan perangkat tes. Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi. Biasanya bidang studi itu dipilah-pilah menjadi beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut.
           Tingkat kepentingan dari suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk satu pokok bahasan atau suatu sub pokok bahasan.

D. Tipe Tes Yang Digunakan
        Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: Esai, Objektif, dan Problem matematik. Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan peserta tes atau aspek yang ingin diukur.

E. Aspek Kemampuan Yang Diuji
              Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda begitu juga dengan aspek yang diuji. Aspek ranah kognitif yang akan diuji harus sinkron dengan kemampuan atau tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Ada enam tingkatan kemampuan yang akan diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level pertama diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level berikutnya yang bersifat pengembangan lebih lanjut. Namun kemampuan dari ranah yang lain juga harus diperhatikan, seperti afektif dan psikomotor.

F. Format Butir Soal
             Dalam membuat perencanaan tes, pendidik harus mengetahui dan terampil dalam membuat suatu penilaian. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh gambaran prestasi dari seorang siswa, demikian pula sebaliknya, dengan soal yang tidak terencana dan tersusun dengan baik dan tepat, tidak akan diperoleh gambaran prestasi siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, Penilaian yang akan dilakukan oleh seorang pendidik dapat dilakukan dengan membuat perencanaan format butir soal terlebih dahulu. Ada berbagai format untuk membantu pendidik dalam melakukan penilaian yaitu dengan tes objektif maupun esei.
  1. Tes esei

      Siswa diminta menjawab pertanyaan dengan uraian / penjelasan dengan menggunakan kata / kalimat sendiri. Oleh karena itu sifatnya sangat subjektif. Namun demikian bentuk tes ini dapat menilai proses mental yang tinggi, terutama dalam hal kesanggupan menyusun jawaban, berekspresi, kesanggupan menggunakan bahasa dll.
Ada dua macam bentuk tes esei, yaitu:
  • Uraian bebas ( free essay ): Dalam bentuk uraian bebas ini siswa akan menjawab secara bebas tentang sesuatu masalah yang ditanyakan. Contohnya: Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran?. Siswa akan menjawab dengan bebas sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kelemahan bentuk ini ialah sukar menentukan standar jawabannya, sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
  • Uraian yang terbatas ( limited essay ): Pada tes bentuk jawaban siswa dibatasi dan diarahkan kepada hal yang akan diminta dari pertanyaan tersebut : Contoh : Jelaskan 3 faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum?. Pertanyaan ini terbatas kepada 3 faktor penyebab, jadinya hanya diminta mengemukakan 3 faktor saja. Pemeriksaan jenis uraian yang terbatas ini lebih mudah memeriksanya sebab sudah ditetapkan standarnya.

     2. Tes objektif
             Tes objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum, soal tes objektif dibedakan menjadi: Pada tes objektif terdapat tiga bentuk tes yaitu :
  • Benar Salah (True False): Bentuk tes benar salah ( true false ) merupakan butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
  • Menjodohkan (Matching): Tipe pertanyaan ini biasanya terdiri dari dua kolom. Setiap pertanyaan pada kolom pertama harus dijodohkan dengan urutan pada kolom kedua. Oleh karena itu, cara mengerjakannya didahului dengan petunjuk sebagai berikut :  “ pasangkanlah pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan, dengan cara menempatkan ( mengisikan ) huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan dilajur kanan,
  • Pilihan Ganda (Multiple Choice): Pada pilihan ganda ini menyediakan kemungkinan jawaban ( option ) yang harus dipilih lebih dari dua alternative, biasanya empat alternative. Tugas siswa adalah harus memilih satu alternative yang menurutnya merupakan satu jawaban yang benar.

G. Jumlah Butir Soal
          Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas (konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur ) tes dan representasi isi bidang studi yang diteskan, semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan semakin tinggi reliabilitasnya. Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. 
Jumlah butir soal harus direncanakan:
  1. Jumlah keseluruhan
  2. Jumlah untuk setiap pokok bahasan/topic
  3. Jumlah untuk setiap format
  4. Jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan
  5. Jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif.

          Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.

H. Distribusi Tingkat Kesukaran
       Tes yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan tes (untuk seleksi, diagnostik, formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal. Perlu diingat bahwa tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang berarti .
           - Beberapa Pertimbangan Perencanaan Tes -
       Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga memerlukan beberapa pertimbangan lain: (1) apakah akan menggunakan open book atau closed book, (2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang, (3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan (4) bagaimana mode penyajian tes.
Komponen penilaian hasil belajar yang perlu diperhatikan
  • Sahih: Penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur
  • Objektif: Penilaian Yang Didasarkan Pada Prosedur Dan Kriteria Yang Jelas Dan Tidak Boleh Dipengaruhi Oleh Subjektivitas Penilai (Dosen)
  • Adil: Penilaian Yang Tidak Menguntungkan Atau Merugikan Mahasiswa Lainnya
  • Terpadu: Dosen Merupakan Salah Satu Komponen Tidak Terpisahkan Dari Kegiatan Pembelajaran
  • Terbuka: Penilaian Harus Memenuhi Prinsip Keterbukaan Di Mana Kriteria Penilaian, Dan Dasar Pengambilan Keputusan Yang Digunakan Dapat Diketahui Oleh Semua Pihak Yang Berkepentingan
  • Menyeluruh Dan Berkesinambungan: Mesti Mencakup Segala Aspek Kompetensi Dengan Menggunakan Berbagai Teknik Penilaian Yang Sesuai
  • Sistematis: Mengikuti Langkah-Langkah Yang Baku
  • Beracuan Kriteria: Didasarkan Pada Ukuran Pencapaian Kompetensi Yang Ditetapkan
  • Akuntabel: Penilaian Yang Proses Dan Hasilnya Dapat Dipertanggungjawabkan
  • Edukatif: Untuk Kepentingan Dan Kemajuan Pendidikan Mahasiswa

            Hal-hal yang harus diperhatikan secara umum dalam pengembangan tes:
  1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga
  2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga
  3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan keluaran yang terukur dari kinerja
  4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan
  5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala pihak.
  6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.
  7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon.
  8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.
  9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban
  10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya perpecahan atau konflik
  11. Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968, Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)
  12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes
  13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
  14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
J. Kisi – Kisi Tes
          Kisi – kisi tes sangat diperlukan dalam membuat perencanaan tes, karena Kisi-kisi tes merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal untuk setiap pokok/sub pokok bahasan dan setiap tingkat kemampuan pada ranah kognitif.
Langkah-langkah pengisian format kisi-kisi tes objektif
  1. Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan, misalnya 90 menit
  2. Hitung banyaknya butir soal pilihan ganda yang dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit
  3. Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang harus diliput dalam tes tersebut
  4. Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan. Proporsi ini tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu terhadap yang lain
  5. Proporsi dinyatakan dalam persen (%) dan dicantumkan.
  6. Tentukan prosentase/proporsi jenjang kemampuan berpikir dalam perangkat tes tersebut.
  7. Dengan menggunakan data pada butir dua, empat, dan lima, penyebaran butir soal pada setiap kolom dapat dilaksanakan.

BAB  III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
           Sebagai seorang pendidik atau calon pendidik, keterampilan yang harus kita kuasai adalah system penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses dan hasil belajar peserta didik, aspek – aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian untuk memperoleh data dan hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Evaluasi (penilaian) sangat berguna untuk mempertinggi hasil pelajaran. Oleh sebab itu, evaluasi (penilaian) tidak dapat dipisahkan dari belajar mengajar. Dalam pelaksanaannya ada evaluasi yang baik dan yang kurang baik. Hal ini bergantung pada pendidik yang melaksanakannya.
            Jika kita ingin menghendaki hasil evaluasi yang baik, maka kita harus tahu tentang unsur-unsur  penting dalam situasi belajar mengajar. Dengan penjelasan mengenai perencanaan tes yang di jelaskan penulis dalam makalah ini, dapat membantu pendidik untuk menyusun dan merancang perencanaan tes yang tepat dan baik untuk mengetahui hasil belajar peserta didiknya.
B.  Saran
            Dengan adanya perencanaan tes diharapkan suatu tes benar-benar dapat menjadi instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa.


DAFTAR  PUSTAKA
Abu Zaeni, 2014. “PROSEDUR PERENCANAAN TES” diakses pada tanggal 26 Januari 2019. http://kumpulan-makalah-7.blogspot.com/2014/04/prosedur-perencanaan-tes.html
Ismi Muyasaroh, 2014. “Makalah Perencanaan Tes” diakses pada tanggal 27 Januari 2019. http://makulpkr.blogspot.com/2014/11/makalah-perencanaan-tes.html
Selvia Deni, 2016. “Perencanaan Tes” diakses pada tanggal 27 Januari 2019. http://selviamunas.blogspot.com/2016/02/perencanaan-tes.html


Semoga bermanfaat ya gaesss....
See u di blog selanjutnya... 
#salamkonselor #konselingdimatamilanial #konselormuda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH - BK BELAJAR

MAKALAH "BK BELAJAR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya bimbingan belajar adalah inti dar...